Musik Online

Senin, 10 Oktober 2011

FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN

BAB I
PENDAHULUAN

Sering kita mendengar istilah filsafat, filsafat ilmu pengetahun, pengetahuan dan ilmu pengetahuan, Istilah-istilah yang tentunya sudah tidak asing di telinga kita karena sungguh familiar saat kita sedang membaca sebuah buku maupun saat sedang mendengarkan suatu seminar, khususnya yang terkait bidang pendidikan. Terkadang sulit memang mengartikan makna masing-masing istilah tersebut. Tidak jarang pula kita berasumsi bahwa filsafat dan filsafat ilmu pengetahuan memiliki makna yang sama. Begitu pula antara ilmu dengan ilmu pengetahuan yang sering kita anggap sama maknanya. Padahal keempat istilah tadi memiliki makna yang berbeda satu sama lain dan dapat dilihat jelas perbedaannya jika kita telusuri lebih dalam.
     Filsafat, yang dalam pikiran kita akan memunculkan suatu persepsi sempit sebagai istilah yang maknanya kurang lebih adalah proses berpikir tingkat tinggi yang dilakukan dengan penalaran logis dan kritis akan sesuatu hal yang tergambar jelas di alam yang dapat diamati dengan indera dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang berilmu tinggi dan bijaksana, layaknya seorang filsuf atau professor. Sedangkan ilmu pengetahuan atau sains, kita artikan sebagai hasil pemikiran seorang jenius yang mampu menghadirkan pengetahuan baru yang dapat diindera yang dihasilkan melalui pengamatan berulang dan kemudian disimpulkan sebagai sebuah teori.
Dalam kehidupan yang serba moderen seperti sekarang ini, dimana manusia seolah mampu menciptakan segalanya dan mampu mengatasi segala permasalahan kehidupannya, memang mutlak tidak terlepas sebagai peran penting yang dimainkan oleh filsafat dan sains yang sudah berkembang sedemikian majunya sebagai hasil pemikiran manusia itu sendiri.  Namun, hal itu pulalah yang mengakibatkan manusia-manusia yang hidup di zaman moderen saat ini seolah melupakan dari mana mereka berasal dan siapa yang menciptakan mereka. Sedikit dari manusia moderen ini tidak lagi mengenal siapa Tuhan mereka dan tidak mengakui ajaran yang diturunkan-Nya yang kemudian kita kenal sebagai agama (wahyu). Mereka hanya berpikir bahwa filsafat adalah moyang dari ilmu pegetahuan atau sains yang mereka anggap sebagai dewa mereka.
Dalam hal ini, kita harus pintar-pintar dalam melihat hubungan diantara beberapa istilah tadi, yaitu filsafat dan filsafat ilmu pengetahuan, pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta kaitannya dengan agama sebagai wahyu Tuhan.

BAB II
ISI


  • PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat berasal dari kata Yunani, yakni philosophia yang berarti cinta (philia) kebijaksanaan (Sophia). Menurut analisis kata ini muncul dari mulut Phytagoras yang hidup di Yunani Kuno pada abad ke-6 Sebelum Masehi (Budi Hardiman dalam Wattimena, 2008). Oleh sebab itu, orang yang bijaksana atau yang mencintai kebijaksanaan disebut sudah berfilsafat atau sering disebut sebagai seorang filsuf.
Filsafat juga dapat diartikan sebagai pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.  
Ada dua jawaban mudah untuk menjelaskan apa itu filsafat, yang pertama menjelaskan bahwa filsafat itu merupakan sebuah aktivitas berpikir tentang realitas sebagai suatu keseluruhan secara mendalam. Sementara, yang kedua adalah filsafat sebagai sebuah analisis konseptual tentang tindak berpikir manusia, atau aktivitas berpikir tentang pikiran itu sendiri (Wattimena,2008). Menurut William Temple, filsafat menuntut pengetahuan untuk memahami. Filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang. Filsafat dapat diumpamakan seperti air telaga yang tenang dan jernih dan dapat dilihat dasarnya. Seorang ahli filsafat, jika berhadapan dengan penganut aliran atau paham lain, biasanya bersikap lunak. Filsafat, walaupun bersifat tenang dalam pekerjaannya, sering mengeruhkan pikiran pemeluknya. Ahli filsafat ingin mencari kelemahan dalam tiap-tiap pendirian dan argumen, walaupun argumennya sendiri.
Berfilsafat berarti kita sedang mencari akar pengetahuan terdalam yang membutuhkan penalaran logis dan rasional (reasoning) dalam pemikirannya, dan mencoba menghindari jawaban atas sesuatu yang sifatnya abstrak (tidak logis) serta terpisah dengan jawaban yang bersumber dari wahyu Tuhan (agama) maupun budaya tertentu. Satu hal yang menjadi ciri khas filsafat adalah bahwa problematika yang direfleksikannya tidak dapat dijawab oleh sains ataupun logika (common sense). Hal ini  bukan berarti filsafat tidak membutuhkan sains dengan analisis datanya yang kompleks dan valid. Bahwa kemudian refleksi filsafat dibangun dari fakta-fakta ilmiah. Salah satu hal yang membuat filsafat menarik adalah kemampuannya untuk membuat orang menjadi lebih sensitif pada hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan.

Ciri-ciri berfikir filosfi :
1.    Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
2.    Berfikir secara sistematis.
3.    Menyusun suatu skema konsepsi, dan
4.    Menyeluruh.
Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
1.    Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
2.    Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
3.    Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang  telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
1.    Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
2.    Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
3.    Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4.    Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
1.    Sebagai dasar dalam bertindak.
2.    Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3.    Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4.    Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
Ø    Filsafat Ilmu Pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan lebih luas dari sekedar sejarah ilmu pengetahuan. Sejarah ilmu pengetahuan berguna untuk memahami proses penemuan berbagai macam hal di dalam ilmu pengetahuan. Secara umum, filsafat ilmu pengetahuan adalah upaya untuk memahami makna, metode, struktur logis dari ilmu pengetahuan, termasuk juga di dalamnya kriteria-kriteria ilmu pengetahuan, hukum-hukum, dan teori-teori di dalam ilmu pengetahuan (Wattimena, 2008).
Dalam filsafat pengetahuan dibahas mengenai ilmu pengetahuan dan hakikatnya, sekaligus relevansinya dengan dunia kehidupan sehari-hari. Dalam filsafat sains dibahas alam dan segala fenomenanya dan dilanjutkan dengan pencarian akan makna fundamental dari gejala alam tersebut. Relevansi filsafat ilmu pengetahuan terhadap perkembangan ilmu sangat tinggi dalam membantu menyadari tiap langkah yng diambil. Hal ini disebabkan karena filsafat masih mempunyai persamaan-persamaan mendasar dan dekat dengan ilmu lainnya, serta sifatnya selalu menumbuhkan sikap bertanya dan reflektif. Refleksi alam senantiasa dibutuhkan untuk memahami apa yang sedang terjadi, atau dalam hal melihat pola sejarah dan membuat prediksi ke depan mengenai suatu objek tertentu (Wonorahardjo, 2010).
Filsafat Ilmu Pengetahuan selalu memperhatikan dinamika ilmu, metode ilmiah, dan ciri ilmu pengetahuan. Seorang filsuf ilmu pengetahuan senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam pengamatannya, seperti apa, mengapa dan bagaimana. Filsafat ilmu pengetahuan berisi analisis tentang ilmu pengetahuan, yakni analisis atas konsep-konsep yang digunakan di dalam ilmu pengetahuan, serta analisis atas pendasaran-pendasaran rasional dari ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu pengetahuan merupakan sebuah upaya untuk memahami makna, metode, serta struktur logis dari ilmu pengetahuan, terutama dengan analisis criteria, konsep-konsep, dan teori-teori yang ada dalam ilmu pengetahuan (Wattimena, 2008).
  • Ilmu Pengetahuan (Sains)
Sains berasal dari kata latin Scientia yang berarti pengetahuan, pengertian dan faham yang benar mendalam. Menurut beberapa ahli, sains atau ilmu pengetahuan dapat diartikan ke dalam beberapa pengertian berikut:
Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kdudukannya tampak dari luar, amupun menurut hubungannya dari dalam. Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana. Ashely Montagu, Guru Besar Antropologi di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
Sains mempunyai makna yang merujuk ke pengetahuan yang berada dalam sistem berpikir dan konsep teoritis dalam sistem tersebut, yang mencakup segala macam pengetahuan, mengenai apa saja. Sains sangat berguna dalam kehidupan manusia, diantaranya sains berfungsi untuk membantu manusia berpikir dalam pola sistematis, sains dapat menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain antar gejala alam, sains dapat digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan terjadi berdasarkan pola gejala alam yang dipelajari, sains digunakan untuk menguasai alam dan mengendalikannya demi kepentingan manusia, dan sains digunakan untuk melestarikan alam karena sumbangan ilmunya.
Menurut Randall dan Buchker mengemukakan beberapa ciri umum ilmu pengetahuan, diantaranya :
1.    Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2.    Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidiki adalah manusia.
3.    Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.
Menurut Ernest van den Haag mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu: 1. Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio). 2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca indera. 3. Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali. 4. Bersifat akumulatif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan (sains) adalah kumpulan pengetahuan yang terstruktur dan sistematik yang terbentuk jika ada objek, ada subjek, dan ada sarana membangun struktur kumpulan pengetahuan tersebut, misalnya bahasa dan logika. Ilmu pengetahuan berada dalam lingkaran metode-aktivitas-pengetahuan yang merupakan siklus yang tak akan berhenti dieksplorasi manusia.
  • Pengetahuan
Pengetahuan bersifat obyektif, walaupun tidak selalu terlepas dari subjeknya. Pengetahuan kerap digunakan sebagai rujukan. Pengetahuan dan keyakinan adalah sikap mental menyangkut suatu objek. Keyakinan bisa saja keliru walaupun diyakini. Pengetahuan tidak bisa keliru karena segera setelah terbukti keliru, pengetahuan tidak digunakan lagi untuk rujukan atau dikatakan kekeliruannya sudah diketahui. Kekeliruan yang diketahui itupun merupakan pengetahuan juga.
Dalam pengetahuan, objek yang diketahui harus ada dan harus terjadi sebagaimana objek ini diklaim. Pengetahuan selalu menyandang keenaran karena acuannya realitas, namun kebenaran ini mungkin bersifat sementara karena tergantung realitas-realitas lain yang pada saat itu belum diketahui.
Secara umum, pengetahuan dapat dibedakan menurut polanya. Pembagian ini berlaku untuk pengetahuan secara umum, termasuk untuk pengetahuan akan alam dan segala aspeknya. Pembedaan ini dilakukan sesuai dengan tingkatan kognisi yang diperlukan, mulai dari pengetahuan saja tanpa mengolah sampai dengan pengetahuan yang didapat setelah informasi diolah dalam beberapa langkah. Ada pembedaan sesuai dengan sejauh mana pengetahuan itu telah diolah dan seberapa banyak pengetahuan itu diperlukan untuk memecahkan masalah yang ada.

  • Biologi dan Pendidikan Biologi
Biologi merupakan ilmu tentang makhluk hidup. Biologi termasuk salah satu ilmu tertua yang telah dikenal sejak zaman prasejarah. Ilmu ini dapat dibagi menjadi beberapa cabang ilmu, antara lain botani, zoologi, morfologi, dan fisiologi. Kajian biologi telah meluas ke ilmu-ilmu lain sehingga melahirkan beberapa cabang ilmu baru seperti biokimia dan biofisika. Cabang-cabang biologi sangat banyak, contohnya botani, zoologi, evolusi, embriologi, genetika, klasifikasi, taksonomi, anatomi, fisiologi, morfologi, bakteriologi, palaentologi, ekologi, bioteknologi, serta teralogi.
Sebagai ilmu pengetahuan, biologi tidak berdiri sendiri melainkan erat hubungannya dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, bahkan besar peranannya bila dikaitkan dengan kebutuhan manusia. Biologi modern mampu membuka tabir rahasia alam yang banyak dijumpai dalam alam kehidupan dan sangat berguna bagi kemajuan dan kesejahteraan manusia. Peranan biologi terhadap ilmu-ilmu lain, yaitu biologi sebagai ilmu pengetahuan tentu tidak dapat berdiri sendiri melainkan berhubungan erat dengan ilmu-ilmu lain. Sifat hubungan itu kadangkala biologi merupakan sumber atau bagian terpenting, tapi sering juga berupa pelengkap dalam memahami suatu ilmu pengetahuan (Suwarno, 2009).
Pendidikan biologi dapat dimaknai sebagai upaya untuk membelajarkan biologi sebagai suatu ilmu pengetahuan dalam suatu pembelajaran formal di sekolah maupun nonformal dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan biologi perlu dimaknai secara luas dan mendalam, yakni bukan hanya pemahaman dalam penguasaan teori dan konsep dalam ilmunya, tetapi juga lebih dari itu yang terpenting mampu menyentuh aspek sosial yang implementasinya bisa langsung dirasakan manfaatnya dalam kehidupan. Misalnya, membelajarkan kepada anak untuk berperilaku bersih dan sehat yang peduli akan lingkungan dan menyayangi alam sekitarnya sebagai bentuk implementasi nyata pendidikan biologi.
  • Agama
Agama berarti mengabdikan diri. Jadi yang penting ialah hidup secara beragama sesuai dengan aturan-aturan agama itu. Agama menuntut pengetahuan untuk beribadat yang terutama merupakan hubungan manusia dengan Tuhan. Agama dapat dikiaskan dengan (enjoyment) atau rasa cinta seseorang, rasa pengabdian (dedication) atau (contentment). Agama banyak berhubungan dengan hati. Agama dapat diumpamakan sebagai air sungai yang terjun dari bendungan dengan gemuruhnya. Agama, oleh pemeluk-pemeluknya, akan dipertahankan dengan habis-habisan, sebab mereka telah terikat dan mengabdikan diri. Agama, di samping memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian diri, juga mempunyai efek yang menenangkan jiwa pemeluknya.
Agama perlu diyakini dengan penyerahan jiwa raga hanya kepada Tuhan sebagai bentuk keyakinan seorang hamba (iman) tanpa didasari oleh sikap logis dan kritis terhadapnya. Ini mutlak harus terpenuhi agar tidak muncul keragu-raguan pemeluknya dalam menjalankan ajaran Tuhannya. Manusia harus sadar bahwa agama merupakan suatu kebenaran mutlak yang diturunkan Tuhan untuk dijadikan jalan hidup. Agama harus diterima sebagai sesuatu yang utuh, tidak terpisah-pisah, dan tidak mengalami perubahan dimanapun tempatnya. Sudah seharusnya agama dijadikan sebagai sumber dan dasar yang utama untuk mencari dan menjalani kebenaran yang hakiki.
  • Persamaan (Similiriti)
Dari beberapa istilah yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat persamaan tujuan. Berdasarkan tujuannya, terdapat persamaan tujuan antara filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, pengetahuan, sains, sains biologi dan agama, yakni sama-sama mencari dan menghendaki kebenaran. Meskipun memiliki paradigma yang berlainan, namun keseluruhannya mengacu pada satu tujuan yang sama.
Filsafat dengan ilmu pengetahuan memiliki hubungan yang mendasar di dalam perkembangan pengetahuan. Persamaan filsafat dengan ilmu pengetahuan (sains) yaitu
 1. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
 2. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya.
 3. Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan. 4. Keduanya mempunyai metode dan sistem.
5. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
 6. Filsafat dan ilmu, keduanya menggunakan metode berpikir reflektif (refflectife thinking) dalam menghadapi fakta-fakta dunia dan hidup.
 7. Filsafat dan ilmu, keduanya tertarik terhadap pengetahuan yang terorganisasi dan tersusun secara sistematis. Ilmu membantu filsafat dalam mengembangkan sejumlah bahan- bahan deskriktif dan faktual serta esensial bagi pemikiran filsafat. Ilmu mengoreksi filsafat dengan jalan menghilangkan sejumlah ide-ide yang bertentangan dengan pengetahuan ilmiah. Filsafat merangkum pengetahuan yang terpotong-potong, yang menjadikan beraneka macam ilmu dan yang berbeda serta menyusun bahan-bahan tersebut kedalam suatu pandangan tentang hidup dan dunia dan menyeluruh dan terpadu.
  • Perbedaan (Distingsi)
Meskipun makna-makna yang telah disampaikan tadi memiliki kesamaan tujuan, namun secara umum banyak perbedaan yang muncul. Diantaranya yaitu antara filsafat dengan ilmu pengetahuan jika dibandingkan dengan agama ditinjau dari segi asalnya dimana agama mutlak bersumber dari Tuhan sebagai wahyu yang diturunkan kepada manusia. Sedangkan filsafat dan ilmu pengetahuan berasal dari hasil pemikiran (penalaran) logis dan mengakar serta radikal akan sesuatu. Filasafat terkadang hanya membutuhkan pengamatan kritis saja terhadap suatu hal. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang membutuhkan suatu pembuktian terlebih dahulu untuk membuktikan sesuatu itu benar atau tidak adanya. Sedangkan agama harus diterima sebagai suatu ajaran (wahyu) Tuhan yang wajib diterima.  Selain itu, agama memiliki tingkat kebenaran yang mutlak (absolut) yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sedangkan sains dan filsafat memiliki tingkat kebenaran yang relatif (nisbi). Artinya bahwa filsafat dan sains masih sangat mungkin memiliki kesalahan/kekeliruan seiring dengan berjalannya waktu. Agama harus diterima sebagai suatu sikap kepercayaan yang tidak ada keragu-raguan di dalamnya (iman). Sedangkan sains dan filsafat, kita perlu melakukan peninjauan kembali apakah data pengetahuan yang disampaikan benar atau keliru.
Obyek material lapangan filsafat itu bersifat universal umum, yaitu segala sesuatu yang ada realita sedangkan obyek material ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu. Obyek formal (sudut pandang) filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya.
Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).

BAB III
PENUTUP

  
Dalam perkembangannya, filsafat telah menjadi moyang dari suatu ilmu pengetahuan moderen. Berfilsafat berarti senantiasa mencoba menemukan suatu kebenaran dengan melihat jauh ke dalam dari sesuatu. Dengan mengandalkan penalaran yang mendalam dan mengakar kuat ke dasar, maka berfilsafat bukanlah hanya sebuah aktivitas, namun lebih kepada sebuah analisis konseptual, yaitu berpikir tentang pikiran lewat refleksi.
Relevansi filsafat ilmu terhadap perkembangan  ilmu pengetahuan sangat tinggi dalam membantu menyadari tiap langkah yang diambil. Hal ini karena filsafat masih mempunyai persamaan mendasar dan dekat dengan ilmu lainnya, serta sifatnya selalu menumbuhkan sikap bertanya dan reflektif.
Satu hal yang penting, ilmu cenderung menjadi sangat spesifik dan mendalam kalau ditekuni dengan sungguh-sungguh. Pendekatan ilmu lebih deskriptif dan sifatnya lebih mendetail per bagian, sedangkan filsafat lebih mementingkan makna komprehensifnya, dan bukan deskripsinya. Agar dapat melihat realitas secara komprehensif, maka ilmu pengetahuan (sains) memerlukan filsafat kembali. Jadi terdapat hubungan timbale balik di sini. Ilmu dari sains itu sendiri akan membantu daya kerja filsafat. Dan filsafat juga membantu ilmu pengetahuan agar berkembang ke arah yang benar sekaligus mencegah penyalhgunaan penemuan ilmu yang berakibat bencana bagi manusia sendiri.
Biologi sendiri sebagai sebuah  ilmu juga merupakan hasil pemikiran yang mendalam dari filsafat yang kemudian setelah mengalami pembuktian empirik dan komprehensif, didapatlah biologi itu sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang dapat diamati, diukur dan dipertanggungjawabkan kebenaranya sampai pada batas waktu tertentu.
Kebenaran mutlak yang dicari manusia sebenarnya hanyalah bersifat nisbi (relatif). Suatu filsafat atau bahkan sains sendiri masih dapat diragukan kebenarannya. Karena pada waktu tertentu, sains dan filsafat yang sudah dianggap benar pada waktu yang lalu, akan menjadi keliru pada waktu yang lain. Hanya agama yang bersumber dari wahyu Tuhan yang memiliki kebenaran yang mutlak dan tidak boleh ditolak bahkan diragukan kebenarannya. Manusia sebagai hamba harusnya menerima agama sebagai suatu ajaran yang diturunkan Tuhannya dengan kepercayaan dan tanpa keragu-raguan (iman). Agamalah sebagai sumber dari kebenaran yang hakiki.

DAFTAR PUSTAKA

Suwarno, (2009), Panduan Pembelajaran Biologi, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Walujo, Djoko Adi, (2008), Filsafat dan Ilmu, http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html (diakses tanggal 7 Oktober 2011).
Wattimena, Reza A.A, (2008), Filsafat dan Sains; Sebuah Pengantar, Jakarta: PT Grasindo.
Wonorahardjo, Surjani, (2010), Dasar-Dasar Sains; Menciptakan Masyarakat Sadar Sains, Jakarta: PT Indeks.
Kuliah Filsafat, http://kuliahfilsafat.blogspot.com/filsafat-dan-agama.html (diakses tanggal 7 Oktober 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar