Musik Online

Minggu, 09 Oktober 2011

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BILINGUAL PREVIEW-REVIEW DIPANDU STRATEGI KOOPERATIF STAD DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SMA

  Pendahuluan
Secara harfiah, kata bilingual berarti dwi bahasa atau dua bahasa. Sejalan dengan perkembangan peradaban dan kebudayaaan manusia, bahasapun berkembang pesat dan memunculkan kebutuhan untuk menguasai bahasa lain di luar bahasa ibu. Berdasarkan hal tersebut, lahirlah konsep bilingual. Kini, seiring dengan perkembangan teknologi transportasi, teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology/ICT) yang mengakibatkan mobilitas perpindahan manusia lintas negara, transfer pengetahuan, komunikasi antarmanusia di dunia, dan bahkan munculnya persaingan antarbangsa, maka penguasaan bahasa selain bahasa ibu, yaitu bahasa internasional seperti Bahasa Inggris, menjadi tuntutan yang mendesak (Sudiarta, 2005).
Dewasa ini, penggunaan Bahasa Inggris yang dijadikan bahasa internasional bagi pelajar mutlak dibutuhkan dalam menyongsong globalisasi dan pasar bebas karena bahasa menempati posisi yang strategis dalam pengembangan ilmu, teknologi, dan pembangunan. Hal tersebut memunculkan konsep pendidikan bilingual atau yang lebih terkenal dengan istilah “Billingual Education” (Pendidikan Bilingual) (Christian and Genesee, 2001; Dewale, at al, 2003). Bagi Indonesia, pendidikan bilingual harus diantisipasi karena merupakan salah satu strategi yang menjanjikan untuk bisa menghadapi persaingan global. Namun, dalam menerapkan strategi ini, banyak tantangan yang harus dihadapi, yang menyulitkan terlaksananya pembelajaran bilingual. Kesulitan ini tidak hanya datang dari pihak siswa, namun juga dari para guru. Kesulitan ini terutama dialami oleh sekolah-sekolah, berlabel “plus” (bernilai lebih/unggulan), SBI (Sekolah Bertaraf Internasional), atau SI (Sekolah Internasional). Bila ditilik dari keadaan siswanya, maka kebanyakan dari siswa merasa kesulitan dalam menyerap konsep-konsep atau materi pelajaran yang dibawakan secara bilingual. Hal ini diakibatkan oleh keterbatasan kemampuan berbahasa Inggris siswa ataupun kemampuan berbahasa Inggris antarsiswa yang cenderung berbeda. Padahal, di dalam sebuah pembelajaran, pemahaman konsep dan tersampaikannya materi kepada siswa adalah tujuan utama pembelajaran. Pada pihak guru yang melaksanakan pembelajaran bilingual, ada kendala yang relatif sama dengan kendala yang ada pada para siswa yaitu kurangnya kemampuan guru di dalam berbahasa Inggris. Akibatnya, apa yang ingin disampaikan guru ditafsirkan berbeda oleh siswa. Padahal, konsep yang disampaikan guru kepada siswa tidak boleh salah. Dalam kondisi  seperti itulah penerapan pembelajaran bilingual akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Banyak pendekatan pembelajaran bilingual yang telah dikenal, tiga di antaranya adalah Concurrent Aproach, Preview-review Aproach, dan Alternite-language Aproach. Ketiga pembelajaran ini sering diterapkan pada sekolah-sekolah dwi bahasa di negara-negara maju (Ovando, 1985; Banks, 1988) di sekolah-sekolah yang siswanya dari berbagai etnis yang bahasa ”rumahnya” bukan Bahasa Inggris. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah ini sesuai dengan aturan. Telah ada sekolah berlabel Plus atau sekolah SBI. Sekolah-sekolah tersebut telah melaksanakan program pembelajaran bilingual dengan menggunakan pendekatan pembelajaran bilingual terutama pada mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi.
Sekolah-sekolah yang berlabel plus tersebut sering menerapkan pendekatan pembelajaran bilingual yang tidak tentu, dan yang paling sering adalah pendekatan  Concurrent, yaitu penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris secara bergantian dengan proporsi yang tidak berdasar. Akibatnya, penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sering menimbulkankan salah konsep pada materi yang sedang dikaji serta tujuan pembelajaran bilingual tidak tercapai, yaitu meningkatkan meningkatkan kemampuan materi pelajaran dan kemampuan berbahasa Inggris siswa. Oleh karena itu, terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan penerapan program bilingual dalam pembelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dengan pembelajaran bilingual adalah (1) meningkatkan penguasaan materi pelajaran, (2) meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dalam forum ilmiah maupun non-ilmiah, (3) mampu mengakses pengetahuan ilmiah dari berbagai media internasional, serta mampu berkomunikasi  antarsiswa baik dari dalam maupun luar negeri (Depdiknas, 2007).
Namun, kenyataannya sampai saat ini (telah lebih kurang tiga tahun penerapan bilingal) masih banyak sekolah yang belum mengetahui berbagai pendekatan bilingual yang harus digunakan. Untuk menjembatani kesenjangan itu, melalui penelitian pengembangan ini, dikembangkan pendekatan pembelajaran bilingual untuk mata pelajaran sains, yaitu ”pendekatan bilingual preview-review dipandu kooperatif  STAD” untuk menanamkan pemahaman konsep-konsep sains dan meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris siswa. Pengembangan pendekatan ini tampaknya mudah diterapkan dan sangat cocok bila dipadukan dengan Kooperatif STAD yang didukung dengan sintaks-sintaks yang tertuang dalam kooperatif STAD. Pada tahapan Preview-review dapat digunakan sintaks STAD untuk mencapai tujuan pembelajaran sekaligus meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris, sehingga kekhawatiran guru, sekolah, dan pemerintah bahwa penggunaan pembelajaran bilingual dapat mengurangi pemahaman siswa terhadap konsep-konsep sains dapat ditanggulangi tanpa mengorbankan salah satu tujuan, baik tujuan pendidikan itu sendiri maupun tujuan sekolah untuk menjadi sekolah yang bertaraf internasional.

Pembahasan

    Pengembangan ini memadukan pembelajaran pendekatan bilingual Preview-review dengan strategi pembelajaran kooperatif STAD. Secara terpisah, preview-review approach dan kooperatif STAD memiliki tahapan pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut. 
Pertama, Preview-Review Approach (Ovando, 1985; Banks,1988).  (1) Pembelajaran tahap petama oleh guru I, dengan bahasa ke-1 (misalnya Bahasa Indonesia);  (2) Pembelajaran tahap kedua dilanjutkan oleh guru II dengan bahasa ke-2 (misalnya Bahasa Inggris);  dan  (3) Pembelajaran tahap ketiga peninjauan dan reinforcement, secara klasikal dengan menggunakan kedua bahasa secara bergantian (campuran). Atau kelas dibagi menjadi dua berdasarkan kemampuan berbahasa siswa (kemampuan tinggi dan rendah). Masing-masing kelompok diasuh oleh seorang guru (guru I dan II) dengan salah satu bahasa yang dominan sesuai dengan kemampuan berbahasa siswa.
Kedua,  Pembelajaran Kooperatif STAD (Slavin, 1995; Arends, 2004).  (1) Tahap I : Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode ceramah, dan tanya jawab. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama guna persiapan untuk mengikuti tes berikutnya;  (2)  Tahap II : Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran;  (3) Tahap III: Tes (kuis). Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu;  (4)  Tahap IV: Peningkatan skor individu. Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor hasil tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rerata kelompok;  dan (5) Tahap V: Penghargaan kelompok. Kelompok yang mencapai rerata skor  tinggi (sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya), diberikan sertifikat atau penghargaan (rewards).
    Pemaduan dua model, yaitu pembelajaran kooperatif STAD dan preview-review approach, bertujuan agar guru memperoleh kesempatan menyampaikan materi pelajaran sebelum kerja kelompok. Pada tahap I Preview-revie, kegiatan dilaksanakan dengan bahasa pengantar Bahasa Indonesia dipandu dengan Kooperatif STAD sintaks I (persentasi kelas). Pada tahap II Preview-revie, penyampaian dengan Bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan bahasa siswa dapat dilakukan saat diskusi dipandu Kooperatif STAD sintaks II (kerja kelompok). Pada tahap III Preview-review peninjauan kembali yang dilakukan oleh guru dipandu Kooperatif STAD sintaks III (tes). Pada saat pemberian tes, proporsi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris: 50-50. Pada tahap IV (peningkatan skor) dan tahap V (penghargaan kelompok) menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
    Model pembelajaran kooperatif STAD memiliki sintaks yang sejalan dengan tahapan-tahapan yang tertuang dalam pendekatan bilingual Preview-review, sehingga dengan perpaduan tersebut siswa dapat memahami konsep dari materi pelajaran tanpa meninggalkan pembelajaran bilingual demi peningkatan kemampuan berbahasa Inggris siswa.
        Model pembelajaran yang dikembangkan memiliki lima unsur dasar (Joyce and Weil, 1980), yaitu (1) sintaks, adalah langkah-langkah atau tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran, (2) sistem sosial, suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) prinsip reaksi, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) sistem pendukung, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5) instructional output dan nurturant effects,  adalah hasil belajar berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan dampak yang didasar (nurturant effects).
Sintaks Model Pembelajaran Bilingual Preview-Review Dipandu Strategi Kooperatif STAD
    Sintaks model pembelajaran bilingual yang dikembangkan adalah menggabungkan dua model pembelajaran tersebut di atas. Sintaks hasil pegembangan model pembelajaran bilingual Preview-review Approach dipandu kooperatif STAD adalah sebagai berikut. (1)  Tahap pertama presentasi kelas, yaitu guru menyajikan konsep-konsep penting kepada siswa dengan menggunakan motode ceramah atau tanya jawab dengan bahasa pengantar Bahasa Indonesia.  (2) Tahap kedua kerja kelompok, yaitu siswa bekerja dalam kelompok kooperatif  mendiskusikan atau mengerjakan tugas yang diberikan kepada siswa, misalnya mengerjakan LKS atau mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru dengan bahasa pengantarnya adalah Bahasa Inggris.  (3)  Tahap ketiga diskusi kelas, siswa mendiskusikan secara klasikal hasil pekerjaan kelompok dihadapan kelas dengan bahasa pengantar Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. (4)  Tahap keempat kuis. Guru memberikan kuis secara individual dengan bahasa pengantar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.  (5)  Tahap kelima pemberiah hadiah. Guru memberikan hadiah kepada kelompok yang memperoleh hasil belajar terbaik dilihat dari hasil kuis dengan bahasa pengantar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
 Sistem Sosial Model Pembelajaran Bilingual Preview-Review Dipandu Strategi Kooperatif STAD
Sistem sosial yang mendukung adalah kerjasama, kebebasan intelektual, dan kesamaan derajat. Dalam proses kerjasama, interaksi siswa harus didorong dan digalakkan dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Lingkungan intelektual ditandai oleh sifat terbuka terhadap berbagai ide yang relevan. Partisipasi guru dan siswa dalam pembelajaran dilandasi oleh paradigma persamaan derajat dengan mengakomodasi segala ide yang berkembang.

 Prinsip Reaksi Model Pembelajaran Bilingual Preview-Review Dipandu Strategi Kooperatif STAD
Prinsip reaksi yang harus dikembangkan adalah (1) guru menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memperbaiki pertanyaan, (2) guru menunjukkan kelemahan-kelemahan siswa, menyediakan bimbingan terkait teori yang digunakan, menyediakan suasana kebebasan intelektual, memberikan dorongan dan dukungan terhadap interaksi yang terjadi, hasil eksploitasi, serta formulasi dan generalisasi yang dilakukan siswa. Semua kegiatan tersebut disampaikan dalam dwi bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
 Sistem Pendukung Model Pembelajaran Bilingual Preview-Review Dipandu Strategi Kooperatif STAD

Sistem pendukung yang diperlukan adalah sarana pembelajaran berupa materi yang menantang dan mampu membangkitkan proses intelektual, adanya strategi penelitian, dan masalah yang menantang siswa melakukan penelitian, dan mengemukakan pendapatnya dengan dwi bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Instructional Output dan Nurturant effects Model Pembelajaran Bilingual Preview-Review Dipandu Strategi Kooperatif STAD
Hasil belajar yang diharapkan adalah siswa menguasai keterampilan proses sains, menguasai materi pelajaran dengan baik, dan mampu menyampaikan pendapat (lisan dan tertulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris) terkait meteri pelajaran. Dampak pembelajarannya adalah bahwa siswa (1) memiliki kepribadian Indonesia, tetapi memiliki kemampuan bertaraf internasional, dan (2) menunjukan kesadaran hidup yang tinggi, bersikap dan berprilaku hidup positif, mampu berpikir logis/kritis dan kreatif, dan mampu memecahkan masalah secara inovatif.
Penilaian model pembelajaran oleh ahli pembelajaran sains, ahli teknologi pembelajaran, dan guru IPA menunjukkan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan dapat dilaksanakan di kelas dan cukup baik. Guru yang menerapkan model pembelajaran bilingual ini perlu dilatih dan diberikan pemahaman serta keterampilan dalam menerapkan model ini sehingga siswa tidak mengalami salah konsep serta kemampuan berkomunikasi siswa dalam IPA (khususnya Biologi dan Fisika) dapat ditingkatkan.
    Hasil uji ahli dan guru sains yang telah dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran “Model Pembelajaran Bilingual Preview-Review Dipandu Strategi Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Sains (Biologi dan Fisika) di SMA” dapat digunakan dalam pembelajaran sains di Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).
Model pembelajaran bilingual preview-review yang dipandu dengan Strategi Kooperatif  STAD dapat diterapkan dalam pembelajaran sains dalam dua bahasa. Model pembelajaran beserta contoh perangkat yang disusun dapat dipahami dengan baik oleh guru, walaupun terdapat beberapa aspek yang perlu direvisi. Aspek-aspek tersebut berkaitan dengan kejelasan instruksi-instrukksi dalam LKS. Instruksi-instruksi dalam LKS agar dibuat lebih singkat. Aspek lain adalah tingkat kesukaran soal-soal dalam latihan. Soal-soal  hendaknya disusun dari yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks. Dari aspek kebahasaan perlu diusahakan penggunaan Bahasa Inggris yang sederhana sehingga tidak terlalu membebani anak. Dan yang terpenting harus dihindari adalah jangan sampai penggunaan Bahasa Inggris menjadi penghambat pemahaman materi yang dipelajari siswa.
Salah satu faktor yang sangat menentukan keterlaksanaan model pembelajaran  bilingual preview-review yang dipandu dengan Strategi Kooperatif  STAD ini adalah guru. Model ini membutuhkan guru yang memiliki penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran dan kemampuan komunikasi dalam Bahasa Inggris. Dalam penelitian ini, syarat tersebut terpenuhi. Sebagai pelaksana utama pembelajaran dalam kelas adalah guru dengan kemampuan konten Fisika, ICT, dan Bahasa Inggris yang memadai. Kemampuan Bahasa Inggris guru ini ditunjukkan dengan nilai FOFEL > 550.   Di samping itu, siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah siswa dengan kemampuan rerata lebih baik dari sekolah lain. 
Tantangan yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran bilingual adalah sulitnya mendapatkan guru yang menguasai dengan baik konten materi pelajaran, dan Bahasa Inggris, di samping juga penguasaan ICT. Di samping guru, juga diperlukan siswa yang memiliki dasar kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Dengan kata lain, jika model pembelajaran bilingual preview-review yang dipandu dengan Strategi Kooperatif  STAD ini ingin diterapkan secara lebih luas, maka perlu dipersiapkan guru yang memiliki penguasaan yang memadai tentang konten materi, Bahasa Inggris, dan ICT. Demikian pula pengajaran bahasa di sekolah harus mengarahkan agar siswa mampu berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
    Model pembelajaran bilingual yang dikembangkan dapat memenuhi kaidah pembelajaran bilingual. Pada pembelajaran bilingual, siswa tidak mengalami salah konsep akibat penggunaan bahasa pengantar. Dengan memadukan pembelajaran bilingual dengan kooperatif STAD, dimungkinkan guru menyajikan konsep-konsep penting pelajaran kepada siswa, baik dengan metode ceramah maupun tanya-jawab dengan menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga dapat diharapkan siswa tidak mengalami salah konsep. Hal ini sesuai dengan harapan dari Ovando (1985) dan Banks (1988) bahwa, dalam pembelajaran bilingual, siswa tidak boleh mengalami salah konsep akibat penggunaan bahasa pengantar dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, guru yang belum menguasai Bahasa Inggris dengan baik dapat melaksanakan pembelajaran dalam bentuk team teaching, sehingga guru yang belum menguasai Bahasa Inggris dapat menggandeng temannya yang mampu berbahasa Inggris untuk mengajar dengan model preview-review dipandu kooperatif STAD.

Kesimpulan
    Simpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, Sintaks model pembelajaran bilingual preview-review dipandu kooperatif STAD dalam pembelajaran sains adalah (1) tahap pertama presentasi kelas, yaitu guru menyajikan konsep-konsep penting kepada siswa dengan menggunakan motode ceramah atau tanya jawab dengan bahasa pengantar Bahasa Indonesia, (2) tahap kedua kerja kelompok, yaitu siswa bekerja dalam kelompok kooperatif mendiskusikan atau mengerjakan tugas yang diberikan kepada siswa, misalnya mengerjakan LKS atau mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru dengan bahasa pengantarnya Bahasa Inggris, (3) tahap ketiga diskusi kelas, siswa mendiskusikan secara klasikal hasil pekerjaan kelompok dihadapan kelas melalui Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, (4) tahap keempat kuis yang diberikan  secara individual dengan bahasa pengantar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dan (5) tahap kelima pemberiah hadiah, yaitu guru memberikan hadiah kepada kelompok yang memperoleh hasil belajar terbaik dilihat dari hasil kuis dengan bahasa pengantar Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris.  Kedua,  Model  pembelajaran bilingual preview-review dipandu kooperatif  STAD pada pembelajaran sains (Biologi dan Fisika) dapat dilaksanakan dengan baik di SMA Bertaraf Internasional (SMA BI).
    Saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. (1) Para pengembang agar mengembangkan model-model pembelajaran bilingual lain untuk memperkaya model pembelajaran bilingual yang dapat dipilih oleh para pendidik dan pengajar di Indonesia. (2) Guru-guru sains ataupun guru lain agar menggunakan model pembelajaran bilingual preview-review dipandu kooperatif STAD dalam pembelajarannya.

DAFTAR PUSTAKA
Arnyana, B.P. 2006. Perencanaan dan Desain Model-Model Pembelajaran. Makalah. Disampaikan dalam Seminar dan Lokakarya Pengembangan Model-Model Pembelajaran di IKIP Negeri Singaraja. Tanggal 27 Pebruari
Arnyana, B. P 2006. Pendekatan Pembelajaran Bilingual. Makalah. Disajikan dalam Seminar Jurusan Pendidikan Biologi Tanggal 15-16 Nopember.
Arends, R.I. 2004. Learning to Teach. New York: Mc Graw-Hill.
Banks, J.A. 1988. Multiethnic Education Theory and Practic. Second Edition. London: Allon Bacon, Inc.
Christian. D, and Genesee. F. 2001. Bilingual Education. Virginia: Teacher of English to Speakers of Other Language Inc (TESOL).
Dawale, at al. 2003. Bilingualsm: Bayond and Basic Principles. Sydney: Multilingual Matter LTD.
Depdiknas. 2007. Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan.
Joyce, B. and Marsha, Weil. 1996. Models of Teaching. 3rd. Ed. Singapore: Allyn and Bacon.
Ovando, C.J. and Collier, V.P. 1985. Bilingual and ESL Classrooms. New York: McGraw-Hill Book Company.
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning, Theory Research and Practice. Second Edition. London : Ellyhn and Bacon.
Sudiarta, P. 2005. Pengembangan Pendidikan Bilingual unuk Mencapai Kompetensi Lulusan bertaraf Internasional. Singaraja: Pusat Pengembangan dan Peningkatan Aktivitas Pembelajaran (P3AI) IKIP Negeri Singaraja.

1 komentar:

  1. Online Casino in Maharashtra 2021 - Kadangpintar
    The online casino is located on the banks of the river 온카지노 in Odisha. It was created in 2002 메리트 카지노 by Shri 인카지노 Ganesh Parvez as the first

    BalasHapus